Sponsored Link
Terlalu sering terpapar visualisasi gambar kekerasan dalam game bisa mempengaruhi perkembangan otak manusia yang masih muda. Bahaya yang ditimbulkan bisa mengarah pada peningkatan agresi, kecerobohan serta penurunan empati sosial.
Penelitian ini dipresentasikan pada "Australian Council on Children and the Media conference" di Sydney hari ini. Studi pencitraan otak menunjukkan bahwa materi kekerasan bisa mengubah aktivasi otak dalam jangka pendek serta fungsi otak dalam jangka panjang.
Melihat tayangan kekerasan dari game kabarnya juga bisa mengurangi perkembangan lobus frontal yang bertanggungjawab untuk kontrol impuls dan menghambat agresi. Penelitian ini dilakukan oleh Wayne Warburton, Deputy Director of the Children and Families Research Centre di Macquarie University.
Melihat materi kekerasan juga bisa mengaktifkan sistem limbik pada otak. Sistem limbik bertanggungjawab untuk respon emosi dan daya ingat atau memori. Warburton mengatakan, gambar kekerasan dapat disimpan dalam otak dengan cara yang sama seperti pasien gangguan stres yang menyimpan kenangan trauma.
Film dan game seperti Grand Theft Auto dan World of Warcraft bisa mengaktifkan bagian otak kanan, yang mengontrol perasaan negatif seperti kemarahan, kecemburuan dan kesedihan.
Dampak pada otak ini bersifat kumulatif, di mana semakin sering melihat tayangan kekerasan, maka perubahannya akan semakin parah. Michael Nagel, profesor di University of the Sunshine Coast mengatakan, perkembangan otak berada pada usia dini dan pubertas.
Puncak usia untuk penggunaan video game adalah 11-14 tahun. ''Apa terekspos pada masa remaja adalah terprogram dalam otak yang berkembang. Kami hanya melihat dampak teknologi pada otak manusia," terang peneliti.
Sumber: Theage